Menteri Pertanian Andi Amran Sulaeman, mengklaim dalam satu tahun kinerja pemerintahan Jokowi – Jusuf Kalla, kementerian yang dipimpinnya berhasil untuk tidak melakukan impor beras.
“Terhitung 20 Oktober tahun lalu hingga 20 Oktober 2015, kami belum ada impor beras,” ucapnya dalam acara Gelar Teknologi Pertanian Modern bertema Modernisasi Pertanian untuk Swasembada Pangan di Desa Gardu Mukti, Kecamatan Tambak Dahan, Kabupaten Subang, Jawa Barat, pada Selasa (20/10/2015).
Dia menegaskan komitmennya untuk memberdayakan hasil komoditas pangan dalam negeri untuk swasembada nasional. “Kami sedang berupaya untuk menekan impor pangan. Malah justru kami sedang berusaha untuk melakukan ekspor,” jelasnya.
Amran mengatakan pihaknya melakukan perbaikan kebijakan regulasi di sektor pertanian, mulai dari penyediaan benih dan pupuk sebagai penunjang kebutuhan petani sampai dengan pendistribusian pasca panen. Untuk pembenahan infrastruktur, pemerintah pusat sudah menganggarkan dana sebesar Rp16,9 triliun untuk perbaikan 51 persen saluran irigasi yang rusak.
Dia juga menghimbau kepada bupati dari berbagai daerah yang hadir di acara tersebut supaya meningkatkan produktivitas padi untuk menyumbang cadangan beras tahun 2015. “Kepada para bupati seluruh Indonesia, barang siapa tahun 2015 produksinya menurun, tapi anggaran daerah untuk pertanian naik sampai Rp100 miliar atau naik 20 persen sampe 100 persen, minta maaf anggaran tidak akan diberikan tahun depan, tetapi akan diberikan tahun 2017. Anggarannya minimal nol atau dikurangi sekecil – kecilnya,” ujar Amran.
Pemerintahan yang dipimpin oleh Jokowi menargetkan agar Indonesia bisa mandiri dibidang pangan. Amran mengungkapkan meski kemarau berkepanjangan menyebabkan lahan sawah di sejumlah daerah mengalami kekeringan, sehingga produktivitas menurun hingga mengalami puso dan gagal panen, tetapi produksi padi nasional tahun 2015 mengalami peningkatan.
Berdasarkan data Ara I BPS produksi padi Indonesia tahun 2015 meningkat 6 persen dibanding tahun 2014 lalu. Apabila tahun lalu produksi padi nasional mencapai 70,84 juta ton GKG, tahun ini naik menjadi 75,6 juta ton GKG.
“El Nino yang terjadi sekarang lebih keras dibandingkan El Nino yang terjadi saat tahun 1998. Berkat bantuan dari semua pihak, dari mulai Pangdam TNI hingga ke Babinsa, dosen, penyuluh dan mahasiswa, Alhamdulilah kita ada peningkatan 5 juta ton gabah tahun ini” ujarnya.
Amran mengungkapkan terjadinya peningkatan yang signifikan, akibat adanya peningkatan luas tanam dari sekitar 11,9 juta hektar pada 2014, menjadi 14,3 hektar pada 2015. Kemudian modernisasi pertanian dan penggunaan teknologi juga menjadi faktor penentu keberhasilan tersebut.
Dia mengatakan produksi padi bisa meningkat ditengah-tengah Elnino ini berkat program yang dijalankan secara efisien, seperti rehabilitasi jaringan irigasi tersier, optimalisasi lahan, pemberian bantuan alat dan mesin pertanian (alsintan), gerakan penerapan pengelolaan tanaman terpadu dan sistem intensifikasi padi.
“ Untuk tahun 2016 pemerintah akan ada penambahan alsintan kisaran 80.000 sampai 100.000 unit yang akan disebarkan di daerah – daerah sentral produksi di 17 provinsi se-Indonesia,” tuturnya. Dia melanjutkan penyediaan alat tersebut diharapkan bisa menekan biaya produksi 30 – 40 persen. Selain itu, adanya modernisasi alat pertanian agar generasi muda tertarik menekuni pertanian modern yang menjadi harapan dimasa depan.
Dia menuturkan meskipun Indonesia belum bisa mengekspor beras,sekarang Indonesia sudah mampu mengekspor komuditas pangan lain diantaranya 1500 ton bawang merah, 60.000 ton kacang ijo dan 4000 ton jagung, bahkan mampu ngekspor ayam ke Myamar pada dua pekan lalu.
Peran TNI Membantu
Acara yang juga dihadiri oleh Kepala Staf Angkatan Darat, Jenderal TNI Mulyono menegaskan bahwa kesiapan TNI-AD untuk ikut berpartisipasi langsung membantu petani, menertibkan distribusi pasca panen dan memberantas mafia impor.
“Kehadiran TNI di sawah harus menjadi bagian dari solusi memecahkan masalah yang selama ini terjadi di masyarakat. Selama menyangkut kepentingan yang bersinggungan dengan rakyat TNI pasti terjun sepenuh hati,” katanya.
Dia juga mengatakan TNI turun bersama petani itu bukan mencari popularitas, tetapi merupakan panggilan tugas diluar perang yang diminta langsung oleh Presiden. Dia menambahkan kehadiran TNI diharapkan mampu mengawasi serta menertibkan jalur pemasaran yang sering dimanfaatkan oleh oknum yang tidak bertanggung jawab.
Menteri pertanian juga mengungkapan bahwa tata niaga pertanian harus segera dibenahi. “Waktu itu terjadi kelangkaan bawang, saya survey ke lapangan di Brebes (Jateng) ternyata harga bawang di petani Rp6 ribu – Rp8 ribu, tapi di kota ditingkat konsumen bisa naik hingga 600 persen,” ujarnya.
Faktor pendukung
Gubernur Jawa Barat, Ahmad Heryawan yang akrab disapa Aher mengemukakan pendapatnya bahwa Indonesia akan mampu mewujudkan swasembada pangan dan ekspor beras. Mengingat Jabar merupakan salah satu daerah lumbung padi terbesar nasional.
Disamping itu, Aher mengatakan faktor pendukung meningkatkan produktivitas yaitu dengan diairinya waduk Jatigede, Sumedang dapat memecahkan permasalahan kekeringan dan banjir di daerah Kabupaten Indramayu, Kabupaten Majalengka, Kabupaten Cirebon dan Kota Cirebon.
Dia mengatakan ketika optimalisasi waduk Jati Gede sudah dilakukan, maka 90 ribu hektare akan terairi dan tidak menutup kemungkinan dapat membuka lahan pertanian baru.
Setahun Jokowi-JK, Menteri Pertanian Klaim Tidak Impor Beras was first posted on October 21, 2015 at 5:52 am.