Quantcast
Channel: Mongabay.co.id
Viewing all articles
Browse latest Browse all 2538

Menghadirkan Keragaman Burung Di Baluran Dalam Android

$
0
0

Kini para pengamat burung maupun pengunjung tidak perlu lagi susah-susah untuk melihat keragaman burung di Taman Nasional Baluran. Swiss Winasis, staf Pengendali Ekosistem Hutan (PEH) di Taman Nasional yang juga berjuluk Little Africa ini, berhasil membangun sebuah aplikasi berbasis android untuk memandu kita melihat burung-burung yang ada di Baluran. Aplikasi ini dapat diunduh secara gratis melalui gadget dengan mudah.

Swiss menjelaskan bahwa ide dasar aplikasi ini berawal dari pemikiran sederhana bahwa menjadi peneliti di kawasan konservasi sebenarnya tidak memerlukan berbagai peralatan mahal. Cukup dengan mengoptimalkan fungsi smartphone, yang sekarang ini hampir semua orang memiliki.

“Gadget kita sudah dilengkapi dengan fungsi GPS, notes, talleysheet dan juga kamera. Fungsi-fungsi itu sudah sangat cukup untuk kepentingan dokumentasi di lapangan,” jelas penulis buku Birds of Baluran ini.

Pemikiran itu pula yang kemudian melandasi ide membangun sebuah aplikasi yang bisa diakses banyak orang dan memudahkan mereka dalam mengeksplorasi kekayaan hayati Taman Nasional Baluran. Di mulai sejak bulan Desember 2014 yang lalu, Swiss mulai berkutat dengan kode-kode program yang direlease oleh Victoria Museum.

Tampilan aplikasi panduan keragaman hayati burung di Taman Nasional Baluran berbasis android, yang dikembangkan oleh  Swiss Winasis, staf Pengendali Ekosistem Hutan (PEH). Aplikasi gratis ini dapat memandu pengguna melihat burung-burung yang ada di Baluran. Foto : Hariyawan A Wahyudi

Tampilan aplikasi panduan keragaman hayati burung di Taman Nasional Baluran berbasis android, yang dikembangkan oleh Swiss Winasis, staf Pengendali Ekosistem Hutan (PEH). Aplikasi gratis ini dapat memandu pengguna melihat burung-burung yang ada di Baluran. Foto : Hariyawan A Wahyudi

Dia mengaku perlu 2 bulan untuk mempelajari bahasa kode dan cara mengedit agar sesuai dengan yang diinginkan. Dengan dibantu 4 orang relawan, yaitu Kukuh, Lutfian, Nurdin dan Arief Budiawan, aplikasi yang sudah jadi tersebut mulai diisi dengan data burung yang bersumber dari buku Birds of Baluran yang sudah terbit beberapa tahun sebelumnya.

“Secara khusus, saya mengapresiasi keempat orang relawan ini. Karena tanpa mereka aplikasi tersebut akan butuh waktu sangat lama untuk selesai,” lanjut Swiss.

Memudahkan Pengamat Burung Menjumpai Spesies

Aplikasi ini sendiri saat ini sudah diunduh lebih dari 300 kali. Hal ini menunjukkan bahwa respon publik cukup antusias terhadap aplikasi ini. Swiss menyadari bahwa angka tersebut sangat kecil jika dibandingkan dengan aplikasi seperti game atau aplikasi populer lainnya.

“Isu konservasi spesies di Indonesia bukanlah isu populer bagi publik luas, sehingga jumlah orang yang men-download tersebut menurut saya sudah merupakan angka yang menggembirakan. Itu tandanya mereka merasa terbantu dengan adanya aplikasi itu,” akunya.

Happy Ferdiansah, salah satu pengunjung Taman Nasional Baluran yang juga mencoba menggunakan aplikasi ini, mengaku sangat terbantu oleh aplikasi tersebut. Setiap melihat burung, dia cukup mengetikkan deskripsi umum yang ada seperti ukuran dan warna. Secara otomatis aplikasi akan menyeleksi jenis burung yang ada berdasarkan deskripsi yang dimasukkan.

“Aplikasi ini memberikan informasi yang sangat lengkap, seperti deskripsi, taksonomi, foto dalam berbagai pose, penggunaan ruang di dalam kawasan hutan dan juga distribusi  spatial di kawasan Taman Nasional Baluran,” jelasnya.

Seorang pengunjung Taman Nasional Baluran memperlihatkan aplikasi panduan keragaman hayati burung di Baluran berbasis android, yang dikembangkan oleh  Swiss Winasis, staf Pengendali Ekosistem Hutan (PEH). Aplikasi gratis ini dapat memandu pengguna melihat burung-burung yang ada di Baluran. Foto : Hariyawan A Wahyudi

Seorang pengunjung Taman Nasional Baluran memperlihatkan aplikasi panduan keragaman hayati burung di Baluran berbasis android, yang dikembangkan oleh Swiss Winasis, staf Pengendali Ekosistem Hutan (PEH). Aplikasi gratis ini dapat memandu pengguna melihat burung-burung yang ada di Baluran. Foto : Hariyawan A Wahyudi

Selain berguna sebagai panduan saat mengunjungi Taman Nasional Baluran, aplikasi ini juga sangat berguna bagi para pengamat burung pemula untuk belajar mengidentifikasi jenis burung. Sebagaimana kebiasaan para pengamat burung, mereka selalu membawa buku panduan identifikasi selama di lapangan. Seringkali, buku-buku tersebut cukup merepotkan karena berat dan juga medan yang berat dan menyulitkan.

“Dengan menggunakan aplikasi ini, kita hanya perlu membawanya dalam saku kita. Dan pastinya, kemanapun pergi, gadget selalu,” lanjut Happy.

Membangun Aplikasi Dengan Uang Sendiri

Saat ditanya berapa biaya yang dibutuhkan untuk membangun sistem semacam ini, Swiss secara lugas menyatakan bahwa mereka membangun ini tanpa ada support dana dari manapun. Mereka murni menggunakan dana sendiri.

“Bagi saya, bekerja di konservasi itu adalah pekerjaan kerja bakti. Nilai ibadahnya lebih berarti dibanding uangnya,” jelasnya.

Dia juga sangat berharap kepada komunitas developer di Indonesia untuk turut mengembangkan aplikasi yang bermanfaat untuk lingkungan hidup. Menurutnya, programer Indonesia tidak kalah dengan programer dari negara maju. Sayangnya, selama ini ketertarikan mereka masih kepada membuat game.

Selain itu, dia juga ingin menunjukkan kepada Kementerian Lingkungan Hidup dan Kehutanan untuk mulai meninggalkan ketergantungan terhadap kertas. “Lembaga tempat saya bekerja memiliki tanggung jawab yang besar untuk mulai berada di depan dalam kampanye paperless. Dan aplikasi ini salah satu contoh yang bisa dikembangkan,” tegasnya.

Lutfian Nazar, salah satu relawan yang turut membangun aplikasi ini sendiri mengatakan bahwa meski tidak dibayar, dia mengaku senang dapat terlibat. Menurutnya, tidak semua pekerjaan di dunia konservasi harus melibatkan uang, karena seringkali bekerja berdasarkan uang justru membuat kita jadi tertekan.

“Berawal dari senang pengamatan burung, kemudian ada keinginan untuk terus belajar mengembangkan konservasi burung di Indonesia. Membangun aplikasi ini adalah salah satu media yang efektif dalam konservasi spesies,” jelas alumni Universitas Negeri Semarang yang sejak tahun 2006 sudah mulai menggeluti  bidang konservasi spesies ini.

Dia hanya berharap, aplikasi ini dapat diunduh sebanyak mungkin pengamat burung di Indonesia sebagai media belajar. Lebih jauh lagi, mereka dapat mengembangkan aplikasi serupa untuk daerah mereka masing-masing.


Menghadirkan Keragaman Burung Di Baluran Dalam Android was first posted on July 10, 2015 at 2:00 am.

Viewing all articles
Browse latest Browse all 2538

Trending Articles