Perikanan budidaya dengan mengadopsi teknologi resirculating aquaculture system (RAS) terus dikembangkan Pemerintah Indonesia dalam setahun terakhir ini. Pengembangan tersebut, bertujuan untuk menggenjot produksi dan sekaligus menaikkan pendapatan para pembudidaya yang tersebar di berbagai daerah. Salah satu provinsi yang terlibat dalam pengembangan itu, adalah DI Yogyakarta. Provinsi yang dipimpin gubernur dari keraton Nyayogyakarta Hadiningrat itu, membuat lokasi percontohan untuk teknologi RAS pada perikanan budidaya Unit Pembenihan Rakyat (UPR)di desa wisata Bokasen, Cangkringan, Kabupaten Sleman. Menurut Direktur Jenderal Perikanan Budidaya Kementerian Kelautan dan Perikanan Slamet Soebjakto, sistem RAS memiliki keunggulan dibandingkan dengan sistem konvensional, yakni mampu menghasilkan produktivitas yang jauh lebih tinggi. “Dimana padat tebar nila mampu digenjot hingga mencapai 5.000 ekor/meter kubik, sedangkan padat tebar pada sistem konvensional hanya mencapai 50 ekor/meter kubik. Artinya, dengan penerapan sistem RAS ini produktivitas bisa digenjot hingga 100 kali lipat dibanding dengan sistem konvensional,” ungkap dia pekan lalu. baca : Apa Itu Teknologi RAS untuk Perikanan Budidaya? Menteri Kelautan dan Perikanan Susi Pudjiastuti didampingi Dirjen Perikanan Budidaya KKP Slamet Soebjakto melihat lokasi percontohan untuk teknologi resirculating aquaculture system (RAS) di desa wisata Bokasen, Cangkringan, Kabupaten Sleman, Yogyakarta pada awal Maret 2018. Foto : Foto: DJPB KKP/Mongabay Indonesia Selain faktor produktivitas, Slamet mengatakan, praktik perikanan budidaya dengan sistem RAS juga sangat menghemat penggunaan air, dan dapat dilakukan pada areal yang terbatas. Disamping itu, penggunaan teknologi RAS akan memberikan jalan keluar atas tantangan perikanan budidaya seperti perubahan iklim dan kualitas lingkungan. Manfaat tersebut kemudian diakui Ketua Kelompok Mina Ngremboko Saptono. Sejak menggunakan teknologi RAS, produktivitas…
↧