Quantcast
Channel: Mongabay.co.id
Viewing all articles
Browse latest Browse all 2588

Kesadaran Ekologi dan Konsumsi dari Revolusi Dapur

$
0
0
Mungkinkah mengubah perilaku di dapur bisa mengurangi penggunaan sampah plastik sekaligus melatih kemandirian pangan? Ternyata bisa. Itu dibuktikan oleh Rumah Intaran yang merevitalisasi perilaku dan laku tradisional ini di tengah belenggu ketergesaan saat ini. Ingin serba instan memang mendorong kebiasaan membuang sampah yang sulit dihindari. Dari dapur bisa dipetakan apa saja sampah plastik yang kita buang, misalnya kemasan makanan, bumbu penyedap, pembersih piring, dan lainnya. Ternyata, ada teknologi ramah lingkungan yang bisa mengurangi peralatan dapur berbahan baku plastik. Misalnya sepit (penjepit), semprong, blakas (mirip parang), ganjreng (untuk menggayung air dari batok kelapa), paluk (wadah air minum), dan lainnya. Rumah Intaran, semacam padepokan tempat belajar yang dibuat Gede Kresna dan Ayu Gayatri di Desa Bengkala, Kabupaten Buleleng, Bali, merangkum pembelajaran ini lewat buku berjudul Revolusi dari Dapur. Pasangan arsitek dan koki ini pernah bekerja di Jakarta lalu pindah ke Denpasar selama 8 tahun, sebelum memutuskan balik kampung di Bali Utara. baca : EcoBali, Mendulang Barang Terbuang menjadi Uang   Gede Kresna, pendiri Rumah Intaram di Desa Bengkala, Buleleng, Bali, sedang menjelaskan tentang revolusi dari dapur yang menggugat kebiasaan instan kita di dapur. Foto: Luh De Suriyani/Mongabay Indonesia   Di sini mereka memulai mengurai kesemrawutan hidup dan memutuskan memulainya dari dapur. Mereka mengingat kebiasaan masa lalu dan mempraktikannya. Dimulai dengan membangun sebuah dapur indah di depan pintu masuk menuju pekarangan. Ini bangunan pertama yang akan dilalui jika berkunjung di kompleks rumahnya yang luas dengan sejumlah bangunan kayu menyatu pepohonan sekitar. Tiap tahun ada sejumlah anak muda dari berbagai daerah di Indonesia belajar…

Viewing all articles
Browse latest Browse all 2588

Trending Articles