Melewati jalan aspal di pinggiran Desa Kemutug Lor, Kecamatan Baturraden, Banyumas, Jawa Tengah (Jateng) dipastikan mencium bau tak sedap. Pada Senin, Kamis dan Sabtu atau tiga kali dalam sepekan, truk yang berjumlah 6-7 unit membawa sampah yang dihimpun di lokasi setempat. Benar, areal itu adalah tempat pembuangan sementara (TPS) sampah. Tidak heran jika lewat di jalur setempat, areal dengan luasan 1,3 hektare (ha) itu pasti memunculkan bau. Apalagi, kalau hujan datang. Meski sudah ada sumur penyerapan yang dibangun, tetapi air dari TPS mengalir ke bagian bawah hingga radius 2 kilometer. Warga yang berada di bagian bawah TPS protes, karena selain menimbulkan bau, air dari TPS mencemari sumber-sumber mata air. “Sampah yang masuk ke TPS berasal dari rumah tangga, losmen, hotel maupun Lokawisata Baturraden. Setiap pekan, ada tiga kali pengangkutan. Sekitar tiga tahun lamanya, keberadaan TPS di lokasi ini membuat warga berbeda pendapat. Kalau yang di atas, mereka mendukung karena dapat memungut sampah yang bisa dijual lagi, sehingga menambah penghasilan. Sebaliknya, penduduk Desa Kemutug Lor yang ada di bawah merasakan dampaknya. Bau dan menimbulkan pencemaran air,” ungkap Waram (60th) warga desa setempat yang ditemui pada Kamis (21/2) lalu. baca : Merawat Taman Kehati Gunungkidul, Merawat Dengan Hati Gerbang Taman Keanekaragaman Hayati (Kehati) yang berada di Desa Kemutug Lor, Baturraden, Banyumas. Foto : L Darmawan/Mongabay Indonesia Bahkan, lanjut Waram, Dinas Kesehatan (Dinkes) Banyumas yang turun melakukan penelitian lapangan juga menyebutkan, jika lingkungan terutama air di sekitar lokasi TPS tercemar. Bau sumber mata air kotor dan keruh, karena tercemari aliran air…
↧