Setiap kali musim hujan dan angin tiba, pantai-pantai Bali terutama di kawasan barat, seperti Kuta, Legian, dan Seminyak akan diserbu banjir sampah. Pantai-pantai yang biasa menjadi pusat pariwisata pun dipenuhi sampah dalam berbagai jenis, termasuk plastik. Maraknya sampah plastik semacam itu di Bali menggugah pasangan suami istri Bali dan Italia, I Ketut Mertadi dan Paola Cannuciari, memulai usaha di bidang pengelolaan sampah pada 2006 silam. “Kami awalnya berpikir bagaimana membuat sesuatu yang masuk akal dan bertanggung jawab terhadap banyaknya sampah plastik di Bali,” Paola Cannuciari, Program Manager EcoBali, bercerita akhir tahun lalu. Paula pernah bekerja di lembaga konservasi satwa liar dan bekerja di Papua selama 2,5 tahun di isu lingkungan. Dia juga pernah menjadi relawan WWF di negara asalnya dan konsultan lembaga swadaya masyarakat (LSM) di Srilanka. baca : Puncak Sampah di Pantai Kuta Awal 2018. Apa yang Bisa Dilakukan? Paola Cannuciari, seorang aktivis lingkungan bersama suaminya I Ketut Mertadi membuat bisnis social pengolahan sampah di Bali dibawah perusahaan EcoBali. Foto : Anton Muhajir/Mongabay Indonesia Sebagai orang berpengalaman di bidang pelestarian lingkungan, dia merasa turut bertanggung jawab untuk memperbaiki kondisi banyaknya sampah melalui hal sederhana, memilah sampah organik dan non-organik. Menurut Paula, salah satu penyebab masalah sampah plastik di Bali adalah karena belum adanya tempat pengolahan dan pemilahan sampah. Bersama suaminya, Ketut Mertadi, mereka mendirikan CV Bumi Lestari sebagai badan usaha dengan jasa utama mengelola sampah rumah tangga dan bisnis. Sekitar empat tahun kemudian, badan hukumnya berubah menjadi PT Bumi Lestari Bali dengan usaha tetap di bidang pengelolaan…
↧