Sejauh mana isu lingkungan menjadi menu utama kampanye calon kepala daerah dalam Pemilu? Barangkali untuk kali pertama dalam Pemilu di Bali, ancaman pengurugan laut atau reklamasi mendapat porsi utama untuk menarik perhatian publik. Dua pasang kandidat akan berkompetisi meraih suara terbanyak warga Bali. Sebelum musim kampanye resmi dimulai oleh Komisi Pemilihan Umum, situasi sudah menghangat karena kedua pasang memberi perhatian pada gerakan tolak reklamasi di laut yang direncanakan sekitar 700 hektar untuk kompleks akomodasi dan wisata eksklusif ini. Ini beralasan karena isu tolak reklamasi sudah menggema hampir 5 tahun dengan meningkatnya keterlibatan massa yang rutin turun ke jalan serta bersuara lewat media sosial. Misalnya longmarch terakhir akhir pekan kemarin. baca : Komnas HAM Rekomendasikan Rencana Reklamasi Teluk Benoa Dibatalkan Gerakan Bali Tolak Reklamasi Teluk Benoa yang dikomando ForBALI dan Pasubayan Desa Adat Tolak Reklamasi memasuki tahun ke-5 saat ini. Untuk meneguhkan sikapnya, ribuan warga kembali turun ke jalan, aksi longmarch mengelilingi Lapangan Perjuangan Rakyat Bali dan melewati kantor DPRD serta Gubernur Bali, pada Sabtu (13/1) di Denpasar. Gemuruh suara penolakan ini makin bergema karena aksi makin atraktif dengan beragam parade budaya dikombinasikan musik rock. Aksi Tolak Reklamasi Teluk Benoa Bali pada Sabtu (13/01/2017). Foto : Riski Darmawan/Mongabay Indonesia Dimulai dengan barisan warga membentangkan “lelancingan” atau kain berwarna merah, putih, hitam simbol tridatu, tiga warna sakral mewakili manifestasi dewa Brahma, Wisnu, dan Siwa. Kain ratusan meter yang menjadi ekor layangan tradisional Janggan ini diarak bersama kain putih dan bendera raksasa ForBALI. Barisan massa ini hampir 1 km karena mengelilingi…
↧