Harapan untuk menjadikan Pulau Morotai di Provinsi Maluku Utara sebagai satu kawasan baru yang menjadi tempat bertumbuhnya industri berbasis kelautan dan kemaritiman terus dipendam hingga saat ini oleh Indonesia. Kementerian Kelautan dan Perikanan (KKP), sebagai pemegang kebijakan dalam sektor kelautan dan kemaritiman, terus berupaya mencari cara untuk mewujudkannya.
Salah satu yang dilakukan, adalah dengan menggandeng para investor swasta yang ada di luar negeri. Salah satunya adalah Taiwan, negara kepulauan yang terletak di Asia Timur, dengan menggelar pertemuan perdana Indonesia-Taiwan Bussines Council (ITBC) di Jakarta, Kamis (11/06/2015) malam.
Pertemuan perdana asosiasi yang baru terbentuk itu, menjadi proses inisiasi indonesia untuk mendapatkan kepastian perihal pembangunan sektor kelautan dan kemaritiman, utamanya proyek besar di Morotai. Hal itu diakui oleh Direktur Jenderal Pengolahan dan Pemasaran Hasil Perikanan (P2HP) KKP Saut P Hutagalung kepada Mongabay.
“Kita harapkan adanya asosiasi ini bisa membantu percepatan pembangunan Morotai sebagai kawasan baru yang maju. Mirip lah seperti Singapura nantinya,” ujar Saut.
Maksudnya, Morotai akan dibuat menjadi sebuah kawasan ekonomi khusus (KEK) yang luasnya sangat besar dan memiliki integrasi beragam industri berbasis kelautan dan kemaritiman.
“Ini memang sudah menjadi pikiran (saya) sejak lama. Kita harapkan pembangunan Morotai bisa terwujud segera dengan mengundang investor dari Taiwan. Negara tersebut investasinya sangat baik dan itu yang kita butuhkan,” ungkap Saut.
Sebagai KEK, Morotai nantinya bisa dibentuk dengan luas mencapai 8.000 hektare atau lebih dan di dalamnya bisa dibangun industri perikanan, galangan kapal, dan lainnya. Sehingga, segala hal yang mencakup industri kelautan dan kemaritiman bisa dijumpai di Morotai.
“Morotai ini potensinya sangat besar. Posisinya strategis di Indonesia Timur dan bisa menjadi poros maritim Indonesia untuk dunia. Ini sangat baik. Sekarang kan poros maritim sedang gencar dikampanyekan oleh Pemerintah,” tuturnya.
“Saya berharap, keberadaan ITBC bisa memfasilitasi keinginan Pemerintah. Jangan sampai, kerja sama baik ini hanya fokus mengembangkan industri perikanan skala kecil saja. Sayang sekali itu. Sekarang momennya ada dan harus dimanfaatkan dengan baik,” tandasnya.
Belajar Teknologi Perikanan dan Kelautan
Sementara itu, menurut Ketua Umum Asosiasi Pengusaha dan Pemasaran Produk Perikanan Indonesia (AP51) Thomas Darmawan, kerja sama Indonesia dengan Taiwan sebaiknya tidak hanya sekedar investasi di industri perikanan dan kelautan saja. Namun juga, bagaimana kedua negara tersebut berbagai teknologi perikanan dan kelautan.
“Sayang sekali ya kalau cuma untuk itu. Taiwan ini teknologi perikanannya sangat maju dan mereka sudah lama dikenal memiliki teknologi budidaya yang sangat bagus. Ini harusnya bisa dimanfaatkan oleh Indonesia,” ungkap Thomas.
Untuk penguasaan teknologi, Thomas menjelaskan, Taiwan sangat ahli dalam bidang perikanan, budidaya rumput laut, budidaya bandeng dan udang. Disana, kata dia, produksi bandeng bisa dilakukan dengan kuantitas yang tinggi dan produksi ikan nila yang bernilai ekonomi tinggi di pasar internasional.
“Kita juga kan punya beragam jenis komoditas perikanan dan kelautan. Kalau teknologinya sudah kita miliki dengan sangat maju, kita akan bisa mengembangkan setinggi mungkin. Makanya, inilah momen pas untuk belajar teknologi dari Taiwan,” ungkapnya.
Di luar pemanfaatan teknologi, Thomas juga sepakat Indonesia dan Taiwan melakukan kerja sama jangka panjang membangun proyek KEK di Morotai. Dengan basis industri perikanan dan kemaritiman, dia menilai proyek tersebut akan menjadi proyek percontohan di Indonesia.
5 Fasilitas Berkelas Dunia di Morotai
Ketua Umum ITBC Setyono Djuandi Darmono dalam kesempatan yang sama, menjelaskan bahwa konsep pembangunan di Morotai memang akan diarahkan kepada industri berbasis kelautan dan kemaritiman karena karakteristiknya cocok.
“Namun tidak menutup kemungkinan itu akan ada pengembangan untuk industri lainnya,” kata Darmono.
Namun, terlepas dari fokus pembangunan industri yang akan dikembangkan, Darmono memaparkan bahwa konsep pembangunan di Morotai akan berkelas dunia seperti halnya di Singapura. Adapun, fasilitas yang akan dikembangkan mencakup lima fasilitas penting.
“Ada lima fasilitas penting berkelas dunia yang sudah masuk perencanaan pembangunan. Itu penting disediakan karena Morotai harus bisa jadi poros dunia,” tandas dia.
Kelima fasilitas penting itu, papar Darmono, adalah tourism official office, pemandu turis (Tourist Guide), toilet umum, public homestay, local heritage atau local performance. Kehadiran lima fasilitas tersebut, diharapkan bisa memberi rasa nyaman kepada setiap pengunjung yang datang ke Morotai.
“Jadi walau pengembangan akan diarahkan sebagai kawasan industri, sektor pariwisata tetap digarap juga. Sehingga, investor maupun pelaku usaha yang datang ke Morotai bisa merasa nyaman dan betah,” pungkasnya.
Menyulap Morotai Jadi Pusat Industri Kelautan dan Kemaritiman was first posted on June 13, 2015 at 2:26 am.