Lebih dari sepekan, api menghanguskan sebagian kawasan Taman Nasional Gunung Ciremai (TNGC), Jawa Barat. Tim gabungan dari Badan Penanggulanan Bencana Daerah (BPBD), Balai Taman Nasional Gunung Ciremai (BTNGC) dan dinas terkait bahu-membahu menjinakkan api. Kumpulan asap sisa – sisa kebakaran masih terlihat dari kejauhan.
“Kebakaran Gunung Ciremai bermula pada Jumat, (14/08/2015) sore. Kami belum mengetahui dengan jelas koordinat api muncul pertama kali. Namun, menurut informasi yang beredar api berasal dari jalur pendakian Sadarehe , Rajagaluh, Majalengka. Tetapi setelah dicek oleh tim kami, ternyata titik api muncul dari timur jalur Sadarehe jaraknya terhalang hampir tiga bukitan,” kata Kepala Seksi Taman Nasional Gunung Ciremai (TNGC), Ady Sularso saat di temui di kantornya.
Ady menjelaskan hari Sabtu api mulai bergerak ke arah timur dipengaruhi oleh tiupan angin barat. Penyebabnya sampai saat masih belum bisa disimpulkan secara akurat. Ia memaparkan, belum bisa menyimpulkan dengan pasti penyebab terjadinya kebakaran. Namun, menurut dugaan sementara disebabkan karena faktor kelalaian pendaki atau pembakaran lahan, tetapi pihaknya belum bisa memastikan secara tetap, mungkin juga karena faktor alam.
Dengan ketinggian 3078 mdpl, yang menjadikan gunung tertinggi di Jawa Barat, menjadikan pemadaman api di Gunung Ciremai sulit. Pasalnya, titik – titik api muncul di ketinggian diatas 2000 mdpl.
Menurut kepala pos Apuy, Iding, kondisi kebakaran hutan masih terjadi dan sekarang merambat hingga ke jalur pendakian. Ia melanjutkan api masih ada disekitaran 1000 meter dari kawah Ciremai. Api membakar sebagian ladang Edelwies. Setidaknya kawasan bunga sebelah timur lereng kawah habis terbakar. Dari hasil pemantauanya, kemungkinan besar api akan meluas hingga jalur pendakian Apuy karena api sudah merambat ke jalur pendakian Linggar jati.
Upaya pemadaman dilakukan dengan cara sederhana karena terkendala kondisi medan yang terjal dan lokasi api yang sulit dijangkau. Pihak TNGC sendiri terus berkoordinasi dengan BPBD Kuningan dan Majalengka dan dibantu oleh relawan dan warga sekitar.
Ady menjelaskan pihaknya terus melakukan koordinasi ke berbagai pihak untuk cepat tanggap mengatasi kebakaran ini. “Ada tambahan bantuan dari pihak TNI, Polri dan Satpol PP yang terjun ke lapangan untuk membantu memadamkan api,” tambahnya.
Petugas kesulitan dalam memadamkan api sebab keterbatasan alat dan ketersediaan air sangat terbatas di ketinggian. “Kami memadamkan api munggunakan tanah, tidak ada sumber air disana. Untuk menjangkaunya pun kami kesulitan karena api ada dijurang-jurang sehingga tidak mudah memadamkanya,” jelasnya
Selain itu, ranger Apuy pun dikerahkan untuk mengantipasi penyebaran api tidak meluas. Dibantu warga sekitar pada Sabtu (22/08/2015) malam berangkat ke puncak melalui rute Apuy. Ade Umara selaku Kuwu (kepala Desa) Argamukti mengaku mengerahkan 20 orang warga membantu petugas pos Apuy melakukan antisipasi penyebaran api sekaligus memantau kondisi di lapangan.
“Masih ada saja pendaki nakal yang menerobos pos dan memakasa muncak. Padahal semua jalur pendakian telah ditutup. kondisi di puncak pun sedang tidak aman dan dipenuhi asap sehingga berbahaya jika memaksa mendaki” ujarnya,
Kepala Bagian Logistik BPBD Majalengka, Chaeirul Primadia mengatakan terus memantau perkembangan kebakaran di Gunung Ciremai. Pihaknya sudah mengirimkan bantuan logistik kepada petugas dan selalu berkoordinasi dengan pihak TNGC dan dinas untuk upaya pemadaman.
Api Sudah Padam
Menurut Ady, Senin (24/08) api sudah padam tetapi masih rawan terjadi kebakaran kembali. Saat dikonfirmasi ia menambahkan, kebakaran masih rentan terjadi, mengingat api sudah padam tetapi banyaknya dahan yang kering dan tiupan angin yang cukup kecang bisa jadi pemicu.Untuk antisipasi pihaknya dibantu oleh gabungan petugas akan menambah sekat bakar apabila kemungkinan terjadi kembali kebakaran.
Ia menambahkan, akan segera menyelenggarakan kegiatan rehabilitasi hutan serta lahan yang terbakar akan dilakukan penanaman kembali ketika musim menanam tiba bulan November. Pihaknya juga akan berkejasama dengan BPLH bagaimana solusi akibat kebakaran ini agar cepat teratasi karena bibitnya pun harus khas dan cocok untuk di tanam kawasan Gunung Ciremai. TNGC sendiri memberikan apresiasi kepada masyarakat apabila ingin bekerjasama memulihkan kerusakan hutan akibat kebakaran.
Fauna Penghuni Ciremai
Ady menjelaskan dalam tiga hari kedepan, pihak TNGC akan melakukan penusuran penyebab kebakaran dan luas lahan yang habis terbakar. “Kami akan segera mengumpulkan informasi dari pengamatan di lapangan. Jika tidak terjadi kebakaran lagi dan situasi benar-benar aman. Semoga dalam tiga hari kedepan bisa diketahui dampak dan kerugian akibat kebakaran,” tuturnya.
Menurut staf TNGC, Robi Gumilang, terdapat satwa yang dilindungi hidup di kawasan Gunung Ciremai diantaranya macan tutul (Panthera pardus). Ia menjekaskan, menurut data berdasarkan foto dan dokumentasi ada satu ekor macan tutul jantan. Namun, berdasarkan pengamatan dan survei pada tahun 2014 oleh Conservation International Indonesia di daerah Pasawahan, Majalengka, didapati indukan dan anak macan tutul.
Robi menuturkan, terdapat 3 ekor macan tutul yang hidup di kawasan Ciremai. Namun, secara resmi pihak TNGC baru mempublikasikan satu ekor macan tutul berdasarkan dokumentasi dan foto telegraf.
Ady menambahkan, mengenai keberadaan macan tutul ini masih terus dikaji secara mendalam. Menurut pengelola TNGC ada beberapa satwa yang hidup di ekosistem gunung Ciremai seperti rusa, lutung dan beberapa sepesies burung yang dilindungi. Saat dikonfirmasi pihak Mongabay, belum ditemuakan satwa yang mati akibat kebakaran hutan itu.
Lebih Dari Sepekan TN Gunung Ciremai Terbakar. Bagaimana Kondisinya? was first posted on August 27, 2015 at 12:00 am.