Tak seperti peziarah kebanyakan, Taufik (40 tahun), warga Kampung Tambakrejo, Kelurahan Tanjung Mas, Semarang utara, Jateng, harus menahan dingin ketika berdoa di salah satu makam kerabatnya di pemakaman satu-satunya di desa ini, atau bahkan di Kelurahan Tanjung Mas, yang berpenduduk kurang lebih 30 ribu jiwa. Bukan karena hujan atau cuacanya, melainkan Taufik harus merelakan sebagian kakinya terendam air, saat bersembahyang. Pemakaman desa ini sudah terendam banjir rob sejak beberapa tahun yang lalu. baca : Inilah Restorasi Jitu Ekosistem Pesisir Utara Jawa. Seperti Apakah? Taufik (40 tahun), warga Kampung Tambakrejo, Kelurahan Tanjung Mas, Semarang utara, Jateng, harus menahan dingin ketika berdoa di salah satu makam kerabatnya di pemakaman setempat. Foto : Wisuda/Mongabay Indonesia Banjir rob memang sudah menjadi langganan desa ini sudah sejak lama. Menurut Dr.Ir. Nelwan, pakar hidrologi Universitas Diponegoro, Semarang, banjir rob yang melanda makam di Kampung Tambakrejo adalah karena abrasi, turunnya permukaan tanah, setinggi 20 cm setiap tahunnya. Banyak hal dilakukan untuk mencegah makam terendam banjir rob oleh pemerintah, termasuk menanam mangrove untuk menghambat laju air laut serta meninggikan permukaan tanah makam pada tahun 2016, tetapi air laut tetap saja merendam sebagian makam kampung itu. baca : Merekayasa Resapan Air Hujan dan Mencegah Banjir di Kota Semarang. Seperti Apa? Pemakaman di Kelurahan Tanjung Mas, Semarang utara, Jateng, sering terendam ketika rob sejak beberapa tahun terakhir. Foto : Wisuda/Mongabay Indonesia Menurut Watana, Sekretaris Kelurahan Tanjung Mas, Pemerintah Kota Semarang sudah berusaha untuk memindahkan lokasi makam tersebut ke tepat yang tidak terkena banjir rob, tetapi justru…
↧