Ketersediaan air bersih di kawasan pesisir seperti wilayah Jakarta Utara, dari waktu ke waktu menjadi permasalahan yang belum terpecahkan. Warga yang didominasi oleh kalangan ekonomi menengah ke bawah, dipaksa untuk menentukan pilihan dalam memenuhi kebutuhan air bersihnya. Pilihan tersebut, yaitu dengan membuat sumur air tanah atau membeli dari perusahaan daerah air minum (PDAM). Pilihan tersebut, bagi warga miskin dan ekonomi menengah ke bawah, bukanlah pilihan yang mudah. Mengingat, jika menggali sumur air tanah, warga harus mengeluarkan biaya yang tinggi. Sementara, jika membeli dari PDAM, biaya berlangganan setiap bulan juga bisa dibilang tidak murah. Oleh itu, bisa dipastikan, rerata warga memilih membangun sumur karena biayanya hanya sekali saja. Tetapi, menurut Koordinator Nasional Destructive Fishing Watch Indonesia Moh Abdi Suhufan, pilihan membuat sumur air tanah bukanlah pilihan yang baik, walau bagi masyarakat itu dinilai lebih murah. Mengambil air dari sumur, jika dilakukan terus menerus, itu juga akan mengakibatkan terjadinya penurunan muka tanah. “Permasalahan air bersih di Jakarta Utara ini memang kompleks. Harus ada solusi yang tepat mengatasinya. Warga miskin tetap mendapatkan hak air bersih dan juga bagaimana permukaan tanah tidak terus turun,” jelasnya di Jakarta, Senin (19/3/2018). baca : Menakar Kebijakan Jokowi soal Air Bersih Jakarta Air PDAM tak ada, kali kotor, air tanah tercemar, warga di kawasan padat penduduk Jakarta ini membeli air bersih dengan harga mahal. Foto: Indra Nugraha/Mongabay Indonesia Menurutnya, selain masalah air bersih, permasalahan lain di Jakarta saat ini adalah masih rendahnya penanganan air limbah yang hanya mencakup 2 persen dari seluruh limbah yang ada di…
↧