Fenomena supermoon sangat menarik perhatian banyak kalangan. Bagaimana tidak, dalam waktu yang berdekatan ada 3 supermoon yang telah dan akan muncul di hadapan kita. Supermoon sendiri adalah istilah yang digunakan oleh para astrolog untuk menggambarkan keadaan bulan penuh ketika bulan berada dalam posisi terdekatnya dengan Bumi (apsis/perigee). Secara spesifik, bulan super bisa merupakan bulan purnama atau bulan baru, yang jaraknya dengan bumi sekitar 10% atau kurang dari jarak lintasannya dengan bumi. Ketika fenomena ini terjadi, bulan akan tampak lebih besar dan lebih terang, meskipun perubahan jaraknya hanya beberapa kilometer. Supermoon yang terjadi pada 1 Januari 2018. Foto : Wisuda Bulan super kadang dihubung-hubungkan dengan bencana alam, seperti gempa bumi, gunung meletus, dan lain-lain. Itu karena waktu terjadinya bulan super hampir selalu berdekatan dengan terjadinya suatu bencana alam tertentu. Namun, bulan super tidak cukup kuat untuk memengaruhi permukaan tanah ataupun gunung berapi di Bumi, pengaruh dari fenomena bulan super yang paling nyata di bumi adalah naiknya permukaan laut sekitar beberapa inci di beberapa daerah atau tempat. Pengaruh fenomena bulan super terhadap peningkatan aktivitas seismik justru terjadi di permukaan bulan sendiri, meskipun efeknya tidak terlalu besar. Ketika berada dalam keadaan bulan super, bulan mengalami gempa. Hal ini terdeteksi oleh instrumen seismologi yang ditinggalkan oleh para astronot Apollo 11 di bulan. Dan pada akhir bulan Januari ini, supermoon akan menampakan dirinya lagi, yang oleh para ilmuwan NASA disebutnya sebagai supermoon biru, walaupun tidak berwarna biru. Nama biru sendiri, mengacu pada bulan purnama kedua dalam sebulan. Fenomena supermoon yang terlihat dari Banda Aceh. Foto: Junaidi Hanafiah Ini adalah fenomena yang sangat langka. Biasanya…
↧